Sabtu, 11 Juli 2015

Sop Konro Daeng Tata




  



Selamat sore semua.
Yak, seklumit saya akan menceritakan pengalaman saya kemarin ketika makan Sop Konro.

Singkat cerita begini.
Di Jakarta ini saya sudah kepingin banget mencoba kedahsyatan rasa Sop Konro menurut kata orang.
Selama saya di Riau dulu, saya sudah beberapa kali mencicipi coto Makassar, namun sama sekali belum pernah yang namanya konro.
Kemudian saya browsing, dan menemukan dua kandidat tempat makan Sop Konro, yakni "Karebosi" dan "Daeng Tata". Yang belakang ini tidak buka cabang, dan telah saya tetapkan untuk saya kunjungi.

Kemarin malam saya berangkat setelah buka puasa. Sop Konro Daeng Tata terletak di Tebet, tepatnya di Jalan Abdulah Syafei. Tempatnya mudah ditemukan kok. Jika Anda dari arah Barat atau Kasablanka, lurus saja naik ke atas flyover yang mau ke Jl. Abdullah Syafei. Setelah turun, maka Bangunan di kiri jalan dengan papan nama "Mamink Daeng Tata" akan langsung terlihat.


Ketika saya masuk, jalannya cukup sempit, namun setelah masuk, ruangan cukup luas, bisa menampung sekitar 50 orang. Kami waktu itu memesan 2 menu andalan, yakni Sop Konro dan Tata Ribs/konro bakar.

Sebelum terlalu jauh, perlu sedikit kawan ketahui tentang Sop Konro.
Sup Konro adalah masakan sup iga sapi khas Indonesia yang berasal dari tradisi Bugis danMakassar. Sup ini biasanya dibuat dengan bahan iga sapi atau daging sapi. Masakan berkuahwarna coklat kehitaman ini biasa dimakan dengan ketupat kecil yang dipotong-potong terlebih dahulu. Warna gelap ini berasal dari buah kluwak yang memang berwarna hitam. Bumbunya relatif "kuat" akibat digunakannya ketumbar.(wikipedia).
Konro sendiri, artinya adalah tulang, atau bisa saja melihat video dengan klik link di bawah :
http://mytrans.detik.com/video/2014/11/05/50/73/218/36439/apa-itu-konro

Sejarahnya sendiri berasal dari tahun 1960-an yang dipopulerkan oleh Pak Hanafing, lelaki yang berprofesi sebagai guru. Ia memulai usaha Sup Konro sekitar tahun 1962 di bawah sebuah tenda biru di dekat Lapangan Karebosi, Kota Makassar.

Kembali ke laptop.
Tidak beberapa lama kemudian, pesanan saya datang, yakni sop konro dan Tata Ribs.
Sop Konro ini persis seperti yang digambarkan orang. Pada Mangkoknya terdapat dua iga sapi dalam kuah khas konro. Rasa kuahnya itu antara soto dan rawon. Iga dapat kita iris untuk dimakan dagingnya dengan bantuan pisau yang telah disediakan. Dagingnya sangat empuk, dan cocok disantap dengan nasi. Bagi yang doyan kuah, jangan khawatir, karena hidangan sudah dilengkapi dengan kuah tambahan.
sop konro dan nasi
Tata Ribs

Menu ke 2 adalah Tata Ribs. Makanan ini dalah 2 iga sapi yang dibakar dan disiram bumbu. Dari penampakannya mengingatkan saya akan Iga Bakar Djogja. 
Bumbu yang disiram pada iga, sekilas nampak seperti bumbu lada hitam, namun setelah saya coba, ternyata adalah kuah kacang yang rasanya manis seperti bumbu sate madura. Kombinasi rasa yang unik.
Namun menurut saya, Tata Ribs tidak seempuk Sop Konro tadi. Mungkin Sop Konro lebih empuk karena daginya direbus.

harga 2 item tadi sama, yakni 50 ribuan (plus pajak). Sebenarnya banyak menu lain di sini yang belum saya coba, seperti ikan bakar dabu-dabu, es pallubasa, dan Sop Saudara.
Mungkin jika Tuhan berkenan, saya akan mencobanya di lain kesempatan.


Itulah tadi sekilas kisah seru saya makan sop konro. Selain Makanan khas seperti Sop Konro dan Coto, Bumi Sulawesi Selatan juga memiliki tokoh-tokoh bangsa yang cukup terkenal. Tokoh-tokoh seperti Sultan Hasanudin, Andi mallarangeng, dan Jusuf Kalla, berasal dari sana. Entah kebetulan atau tidak, ketiga tokoh barusan memiliki sifat yang sama, yakni Berani dan pandai (bersiasat).

Ambil contoh pak Jusuf Kalla (JK), yang kini menjadi wakil presiden kita. Beliau adalah satu-satunya orang yang pernah 2 menjabat wakil presiden, untuk 2 presiden yang berbeda, ketika jaman SBY dan era Jokowi. Dan dua-duanya, beliau maju tidak dimotori oleh Partainya, yakni Golkar.
Opo rak sangar kui ndess...
Beliau seorang alumni HMI yang bisa mendampingi presiden dalam menjalankan fungsinya, walaupun HMI-nya sendiri selalu kontra terhadap kebijakan Presiden Jokowi.
Luar biasa sekali, entah apalagi manuver beliau dalam era pemerintahannya ini??
Yah itulah pak JK dengan kesahajaannya dan kepiawaian politiknya. Mari kita sebagai "Rakyat" yang pernah memilih Presiden, mengawal kebijakan dan tingkah polah beliau.

sekian, selamat menanti berbuka puasa.


Minggu, 05 Juli 2015

Nurut Ikut Qunut

Alhamdulillah, puasa sudah memasuki hari ke-18, dan kebetulan hari minggu.
Setelah seharian penuh berpuasa dan diiringi ibadah siang hari (power-nap), akhirnya datang juga saat berbuka.
Setelah itu, biasa lah lanjut salat tarawih. Biasanya saya salat tarawih di kantor, namun berhubung sabtu-minggu, maka salat tarawih di kantor ditiadakan.
Akhirnya saya memutuskan untuk salat tarawih di kantornya Randy.

Sebenernya salat di sini tak ada ubahnya seperti salat2 lain di kota ini. Masuk, tunggu sebentar, salat Isya, kultum, salat tarawih, salat witir, penutup.
Ada yang menarik kali ini.
Selain karpetnya yang agak berdebu, yangh membuat saya tertarik adalah Qunut.
Ya, Imam mebaca kultum pada rakaat ketiga, setelah bangkit dari rukuk.


Seperti kita ketahui, doa Qunut adalah doa yang dipanjatkan Imam pada rakaat kedua Sholat Subuh.
Ada beberapa mahzab tentang Qunut ini. Ada yang bilang sunah, ada yang bilang tidak sunah.Penerapannya juga beragam. Ada yg bilang hanya pada waktu subuh saja, ada yang membolehkan pada saat witir 10 hari terakhir, ada yang sudah melakukan sejak 16 Ramadhan, dst.

Nah, kalu menurut pendapat saya begini:
Pertama, unsur dari ibadah salat adalah bacaan salat, gerakan salat, dan ayat AlQuran.
Kalau Qunut itu menurut saya adalah doa. Sejauh yang saya ketahui yang namanya doa itu dilakukan sebelum atau setelah salat.

Ke dua, isi dari Bacaan Qunut adalah memohon petunjuk, memohon terhindar dari malapetaka, dan puji2an. Ketiga hal tersebut sebenarnya sudah kita sebut di awal2 salat, yakni pada saat membaca surat Alfatihah, yang isinya kurang lebih seperti yg di atas.

Ke tiga. Ketika berdoa Qunut, imam mengangkat tangan dan jamaah diharap mengikuti. Nah, sebenarnya gerakan tambahan tersebut bukan gerakan salat, tapi sudah sering dilakukan. Tapi nanti bakal ada yg bilang gini "Mending angkat tangan lah, daripada garuk2" (nah lo).

Finally, jika kita sudah ada dalam jamaah, trus imamnya baca Qunut gimana? Y sudah kita ikut aja, nurut. Tapi yang saya lakukan tadi sekedar berdiri mematung, tanpa ikut angkat tangan, hanya mengamini dalam hati. Sekilas kasihan juga mereka yg tidak ikut doa Qunut tapi malah jadi tidak khusyuk gara2 yg lain melakukannya.

Singkatnya, untuk menengahi ini, jika ada pertanyaan : "Membaca doa Qunut dalam Salat itu boleh tidak?
Jawab aja : " Baca boleh, engga juga gakpapa, yang gak boleh itu kalo tidak salat :)"

Gitu aja kok repot -GusDur-

Wallahualam...